N.I.L.A.I
Saya tidak pernah tahu secara persis apa definisi sebuah nilai dalam kehidupan. Tiba-tiba saja pertanyaan itu melesat di kepala saya yang sedang kosong. Dan hebatnya.... saya merasa tak berdaya untuk menjawab pertanyaan tersebut... kemudian alam fikiran saya melayang ke masa yang lalu.... ini bukan imajinasi, ini tentang kembali ke masa lalu untuk mencoba mencari jawaban.
Saat saya SMP, saya menyadari bukan sebagai anak yang pandai, tapi entah mengapa saya sadar sepenuhnya bahwa saya cerdas dan punya nilai (nah... ada perasaan punya nilai tapi ternyata tidak mengerti arti "nilai" aneh ya?).
Nilai 1:
Saya selalu mendapat nilai yang fluktuatif untuk hampir semua pelajaran, maksudnya, kadang saya dapat nilai 10 kadang 2. Anehnya... nilai-nilai yang tercoret dikertas ulangan tersebut tidak pernah mempengaruhi saya untuk merasa senang (saat mendapat nilai 10) atau merasa sedih dan hancur (saat mendapat nilai 2) entah mengapa perasaan saya sama saja.
Nilai 2:
Khusus untuk pelajaran menggambar, saat saya SMP saya tidak pernah menerima nilai 7. Kenapa? karena saya tahu bahwa saya bisa mendapatkan nilai di atas 8. Jadi kalau belum mendapatkan nilai 8 saya akan menegosiasikannya dengan guru yang bersangkutan untuk menunggu saya membuat gambar baru sehingga nilai saya menjadi di atas 8. Waktu itu saya hanya mau dikalahkan oleh 2 orang teman saya yang memang saya tahu pintar dan kreatif dalam menggambar.
Saat SMA, saya pernah dapat nilai 6 untuk menggambar. Saya tanya alasannya kepada guru yang bersangkutan, jawabnya, "Kamu tidak menggambar dengan tangan kamu. Kamu dibantu orang lain." Saya heran, bagaimana dia bisa mengambil kesimpulan seperti itu? sementara dia tidak tahu hal yang sebenarnya, bukankah itu sudah masuk kategori menuduh?! Heran saya! Tapi dengan rendah hati saya bilang, "Beri saya 10 menit untuk menggambar kembali di depan bapak sekarang!" dan.... sejak itu saya selalu mendapat nilai di atas 8. Dan saya tidak pernah rela orang lain di kelas memiliki nilai lebih tinggi dari saya ketika SMA, kenapa? karena saya tahu... saya yang terbaik untuk menggambar saat itu di kelas. Kalau waktu di SMP saya tahu bahwa saya tidak bisa melebihi 2 teman lainnya.
Nilai 3:
Saya pernah dapat nilai rapot untuk pelajaran nahwu 9 saat sekolah di madrasah, kemudian saya menghadap dan minta direvisi jadi 6, karena saya tahu nilai yang pantas untuk saya memang 6 untuk pelajaran tersebut pada saat itu, bukan 9.
Hal yang sama terjadi untuk pelajaran fisika di sekolah umum, saat saya menerima raport dan nilai saya 8, saya minta direvisi jadi 6. Sampai saat ini saya rasa guru fisika saya masih teringat dengan peristiwa tersebut, karena saat saya datang menghadap dan minta revisi nilai, beliau hampir murka, "Kamu mau nilai berapa HAH?!" tanyanya menggelegar, dan saat saya jawab 6, beliau terbahak-bahak.
Tapi saat saya dapat nilai 5 untuk pelajaran olahraga, saya juga tidak terima, karena saya tahu saya mampu dan nilai saya harus 8, kenapa? Karena saat itu saya telah menjadi atlet pencak silat dan menjuarai pertandingan remaja tingkat nasional dimana saya mendapat mendali perak. Dan ajaibnya saya mendapat nilai 5 dengan alasan tidak ikut olahraga lari, padahal saya berlari tercepat no. 2 (yang no. 1 memang atlet lari, sementara saya atlet silat hehe) dan kami (saya dan si pelari) mengitari lapangan sepak bola sebanyak 20 kali, saat kami menyelesaikannya, yang lain rata-rata baru menyelesaikan antara 7-9 putaran. So... nilai saya 5? No way!
Nilai 4:
Note: besok disambung... dah malem.. ngantuk :)
Love
blueSaphier
Saat saya SMP, saya menyadari bukan sebagai anak yang pandai, tapi entah mengapa saya sadar sepenuhnya bahwa saya cerdas dan punya nilai (nah... ada perasaan punya nilai tapi ternyata tidak mengerti arti "nilai" aneh ya?).
Nilai 1:
Saya selalu mendapat nilai yang fluktuatif untuk hampir semua pelajaran, maksudnya, kadang saya dapat nilai 10 kadang 2. Anehnya... nilai-nilai yang tercoret dikertas ulangan tersebut tidak pernah mempengaruhi saya untuk merasa senang (saat mendapat nilai 10) atau merasa sedih dan hancur (saat mendapat nilai 2) entah mengapa perasaan saya sama saja.
Nilai 2:
Khusus untuk pelajaran menggambar, saat saya SMP saya tidak pernah menerima nilai 7. Kenapa? karena saya tahu bahwa saya bisa mendapatkan nilai di atas 8. Jadi kalau belum mendapatkan nilai 8 saya akan menegosiasikannya dengan guru yang bersangkutan untuk menunggu saya membuat gambar baru sehingga nilai saya menjadi di atas 8. Waktu itu saya hanya mau dikalahkan oleh 2 orang teman saya yang memang saya tahu pintar dan kreatif dalam menggambar.
Saat SMA, saya pernah dapat nilai 6 untuk menggambar. Saya tanya alasannya kepada guru yang bersangkutan, jawabnya, "Kamu tidak menggambar dengan tangan kamu. Kamu dibantu orang lain." Saya heran, bagaimana dia bisa mengambil kesimpulan seperti itu? sementara dia tidak tahu hal yang sebenarnya, bukankah itu sudah masuk kategori menuduh?! Heran saya! Tapi dengan rendah hati saya bilang, "Beri saya 10 menit untuk menggambar kembali di depan bapak sekarang!" dan.... sejak itu saya selalu mendapat nilai di atas 8. Dan saya tidak pernah rela orang lain di kelas memiliki nilai lebih tinggi dari saya ketika SMA, kenapa? karena saya tahu... saya yang terbaik untuk menggambar saat itu di kelas. Kalau waktu di SMP saya tahu bahwa saya tidak bisa melebihi 2 teman lainnya.
Nilai 3:
Saya pernah dapat nilai rapot untuk pelajaran nahwu 9 saat sekolah di madrasah, kemudian saya menghadap dan minta direvisi jadi 6, karena saya tahu nilai yang pantas untuk saya memang 6 untuk pelajaran tersebut pada saat itu, bukan 9.
Hal yang sama terjadi untuk pelajaran fisika di sekolah umum, saat saya menerima raport dan nilai saya 8, saya minta direvisi jadi 6. Sampai saat ini saya rasa guru fisika saya masih teringat dengan peristiwa tersebut, karena saat saya datang menghadap dan minta revisi nilai, beliau hampir murka, "Kamu mau nilai berapa HAH?!" tanyanya menggelegar, dan saat saya jawab 6, beliau terbahak-bahak.
Tapi saat saya dapat nilai 5 untuk pelajaran olahraga, saya juga tidak terima, karena saya tahu saya mampu dan nilai saya harus 8, kenapa? Karena saat itu saya telah menjadi atlet pencak silat dan menjuarai pertandingan remaja tingkat nasional dimana saya mendapat mendali perak. Dan ajaibnya saya mendapat nilai 5 dengan alasan tidak ikut olahraga lari, padahal saya berlari tercepat no. 2 (yang no. 1 memang atlet lari, sementara saya atlet silat hehe) dan kami (saya dan si pelari) mengitari lapangan sepak bola sebanyak 20 kali, saat kami menyelesaikannya, yang lain rata-rata baru menyelesaikan antara 7-9 putaran. So... nilai saya 5? No way!
Nilai 4:
Note: besok disambung... dah malem.. ngantuk :)
Love
blueSaphier
read in english
back to blueSaphier’s blog
No comments:
Post a Comment