Lanjutan :
[3] Kota Paris, Negara Perancis
26 Sept 2011 sd. 1 Oct 2011
Malam pertama di Paris bersama Ludo (kok jadi kaya abis wedding-an gene
siiyy...? halaahh...^__^) adalah saat yang ajaib, Ludo memberikan beberapa
instruksi tentang couch untuk saya yang terletak di living room. Apartemen imut
Ludo cukup nyaman dan berada di kota Paris, jadi ke mana-mana engga ribet sama
sekali. Ke metro station Buzenvalcuma jalan kaki sekitar 3 menit. So Im just
lucky... yeah... saya memang selalu berfikir saya adalah “lucky gal” kalo pas
ketemu hal-hal yang engga asik, saya mikirnya gini, “okeh, sekarang waktunya
tes kesabaran, uji nyali, tes ketahanan fisik & mental, atau sekedar sedang
berada di situasi ‘seru’ supaya hidup saya engga boring.” So... berfikir
positif seperti itu, sangat membantu saya untuk bisa survive.... ^__^
Kenapa ajaib...? Karena kami baru bertemu beberapa jam saja, dia sudah
langsung kasih kunci flat dan memberikan banyak informasi seolah-olah kami
adalah kawan lama. Mungkin dia percaya kepada saya karena rekomendasi. Tapi
apapun alasannya, itu menguntungkan buat saya. Jadi saya bebas keluar-masuk
flat Ludo dengan bebas merdeka.
Kemudian setelah menata ‘perabotan lenong’ saya, segera bersiap ambil
posisi nyaman buat rebahan, bersiap-siap untuk menyambut mimpi. Badan rasanya
seperti habis digebukin 7 orang preman Poncol. Ludo sudah memberitahukan kalau
besok pagi-pagi sekali harus pergi kerja, tetapi dia mengizinkan saya untuk
tidur sampe siang atau semau saya. Ludo hanya memberikan sedikit informasi
tentang kunci yang akan saya pergunakan untuk keluar dan masuk flat-nya serta
memberikan kode masuk pintu utama flat. Setelah itu saya sudah terbang ke alam
mimpi dan tidak menyadari kepergian Ludo di pagi hari. Saya bangun jam 2 siang
waktu Paris, hehe.... engga usah merasa ajaib, karena sesungguhnya saya memang
pelor (nempel langsung molor), jangankan di sofa empuk, di terminal / halte bus
aja saya bisa tidur dengan damai sentausa kok ^___^
Dengan alasan jetlag karena terbang sekitar 21 jam (padahal sih engga
juga), saya seharian engga ke mana-mana, cuma keluar ke supermarket sebentar
untuk beli makanan. Di flat Ludo cuma leyeh-leyeh sambil mempelajari peta kota
Paris berikut peta metro-nya yang semrawut karena banyak banget jalurnya. Ludo
sudah memberi tanda tempat-tempat mana saja yang direkomendasikan untuk saya
datangi. Tetapi tentu saja tempat pertama yang perlu saya datangi adalah Eifel,
sebab katanya kalau saya ngaku ke Paris Perancis tapi belum ke Eifel, sama juga
bo’ong. Maka demi eksistensi dan hasrat narsis yang menggebu, maka saya
memutuskan untuk mengunjungi Eifel keesokan harinya.
Saya ini memang orang yang beruntung.... disekitar Eifel, bisa-bisanya
saya ketemu pedagang souvenir India yang punya istri orang Malaysia sehingga
bisa berbahasa Melayu. Setelah ngobrol ngalor ngidul engga jelas serta menjadi
tripod, --istilah saya untuk orang-orang yang berseliweran dan membantu
memotret saya dibeberapa obyek yang diharapkan memicu rasa iri traveler lain...
*sebab gw juga sering ngiri kalo ada traveler lain punya poto-poto keren di
tempat-tempat yang belum gw kunjungi.. so judulnya bales dendam gitu deh ^__^
-- akhirnya somehow... dia ngasih souvenir gantungan kunci Eifel ke saya...
see... I have no problem with my silly English... again and again.... *tralala... trilili... gw punya souvenir gratisan pertama
gw.... pertanda baik nih ^___^